Kamis, 28 Januari 2010

Belajar BersyuKur

Hari ini, perjalanan ke kampus begitu menyebalkan. Kenapa? Karena rasanya capek sekali menjadi orang yang selalu pergi pulang (PP) naik angkot. Aku ingin sekali mempunyai motor yang bisa mempercepat dan mengefisienkan waktu tempuh antara rumah dan kampus. Namun hal itu hanya menjadi angan semataku. Karena kurangnya biaya yang dimiliki orang tuaku.
Hingga akhirnya, dalam perjalanan ke kampus, aku melihat orang yang cacat fisiknya, berjalan pun terseok-seok. Beliau dengan gigihnya berjualan keset yang dipanggulnya. Entah bagaimana keadaan fisiknya, namun keteguhan dan semangatnya beliau mampu menjajakan dagangannya walaupun berjalan dengan sangat pelan.
Beliau tak segan-segan mempersilahkan aku yang ada dibelakangnya untuk mendahuluinya. Betapa baiknya orang ini, hingga bisa membuatku meneteskan air mata diperjalanan walaupun akhirnya aku simpan. Aku bertanya-tanya, apakah beliau ini berkeluarga? Apakah beliau punya anak dll yang telah berhasil membuat aku tak tenang.
Aku tak bisa melakukan apapun untuk menolongnya. Hanya doa yang dapat aku panjatkan agar beliau sanggup menjalani hidup ini.
Dari pertemuan singkatku tadi bersama beliau, mungkin Allah SWT ingin memberiku teguran bahwa seharusnya aku selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh-Nya. Fisik yang tak cacat, keluarga yang berkecukupan, namun aku tak pernah puas. Apa jadinya jika orang tuaku seperti itu, apakah aku harus menggugat-Nya? Tidak, aku harus bersyukur atas nikmat-Nya. Aku tak akan pernah memaksakan sesuatu yang tak bisa aku lakukan.
 Aku bersyukur orang tuaku yang selalu memanjakanku, memberiku perlindungan. Untuk menjadi orang yang bersyukur jangan pernah melihat di atas kita, namun lihatlah nasib-nasib orang dibawahmu agar kamu bersyukur.

0 Comments:

Post a Comment